My Ekspression

My Ekspression
Talk Less Do More

Selasa, 12 Mei 2009

Peran Uang Dalam Pendidikan

Peran Uang Dalam Pendidikan
Posted by Admin on Thursday, 15 January 2009

Sayidiman Suryohadiprojo
Jakarta, 15 Januari 2009
Pendidikan sebagai usaha menjamin Kesintasan (Survival)
Pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan Manusia sejak permulaan eksistensinya. Ketika Manusia Purba melahirkan anak maka ayah dan ibunya, terutama ibunya, secara instinktif menjaga agar anak itu sintas atau hidup berlanjut (survive) dalam menghadapi alam sekelilingnya. Melahirkan anak sebagai proses reproduksi Manusia merupakan bagian penting dalam naluri untuk kelanjutan eksistensi Manusia. Sebab itu sejak anak itu bayi ayah dan ibu tidak saja menjaganya dari bahaya yang membahayakan kelangsungan hidupnya, tetapi juga mengajarkan kepada anak bagaimana ia harus berlaku untuk tetap hidup dan bahkan hidup lebih baik. Inilah ujung kegiatan Pendidikan yang dilakukan Manusia.
Sebab itu Pendidikan perdefinisi (by definition) harus bermutu, sebab Pendidikan yang tidak bermutu tidak memenuhi tujuan untuk apa diberikan pendidikan, yaitu menjamin Kesintasan Manusia.
Dalam ukuran alam purba Pendidikan yang tidak bermutu tidak dapat menjamin kesintasan (survival) atau kelangsungan hidup menghadapi Alam yang mengandung bahaya bagi kehidupan Manusia.
Ketika kehidupan Manusia belum dicampuri peran Uang, Pendidikan tidak dipengaruhi Uang. Itu terjadi ketika kehidupan Manusia terutama bersifat Fisik atau Jasmaniah. Anak diajar dan diberi tauladan Ibu dan Bapak bagaimana memelihara tubuh atau jasmaninya agar menjadi Manusia yang kuat dan mempunyai daya hidup (fit) untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi keluarga maupun dirinya. Diberi petunjuk dan tauladan bagaimana berlaku untuk membantu memperoleh makan bagi keluarga, seperti berburu khewan, menangkap ikan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan dan ladang. Pendidikan waktu itu terutama bersifat pemberian petunjuk dan tauladan.
Namun Manusia terus berkembang kehidupannya, terutama didorong oleh Instink Kesintasan (survival instinct) maupun karena Dorongan untuk Lebih Diakui oleh Sesama Manusia (bah. Belanda : Geldings Drang). Untuk itu Manusia tidak segan untuk bersaing dengan Manusia lain yang bukan kelompoknya. Hal ini mendorong peran Pendidikan lebih kuat, karena melalui Pendidikan dapat dibentuk kecakapan dan kemampuan Manusia yang melebihi Manusia lain. Hal itu dapat membuatnya dipilih menjadi pemimpin dalam kelompoknya dan kuat bersaing dengan kelompok lain.
Perkembangan Manusia itu makin hebat ketika di samping peran Jasmani juga Rohani yang ada padanya dibuat lebih kuat dan lebih mampu. Itu selain menjadikannya Manusia lebih mampu secara fisik dalam bertahan hidup juga mulai menyadari bahwa ia hidup dalam Alam Luas yang dikendalikan satu Kekuasaan yang tak dapat dijangkau dengan Jasmaninya. Tumbuhlah kegiatan spiritual yang menghasilkan religie atau Agama. Perkembangan religie terutama dilakukan oleh segolongan masyarakat yang disebut kaum Agama. Kaum Agama memberi petunjuk kepada masyarakatnya bagaimana harus hidup agar mendapat restu Yang Maha Kuasa Ala mini. Mulai itu, selain Pendidikan dilakukan Orang Tua, ia juga dilakukan kaum Agamawan. Kemudian berdiri Lembaga Pendidikan atau Sekolah yang merupakan tempat anak dididik untuk dapat hidup sebaik-baiknya dalam lingkungan masyarakat maupun dalam Alam Luas. Dampak dari pendidikan di lembaga pendidikan adalah berkembangnya peran Pikiran dalam kehidupan. Inilah yang kemudian menghasilkan berkembangnya pengetahuan ketika Manusia dengan pikirannya mendalami kehidupan yang dialaminya serta Alam dikelilingnya.
Sebagaimana Pendidikan di lingkungan Keluarga sangat ditentukan oleh Petunjuk dan Tauladan yang diberikan Orang Tua, di lembaga pendidikan peran itu dilakukan oleh para Guru, yaitu orang yang dapat di Gugu dan di Tiru.
Peran Uang pada tahap itu tetap minimal dan yang sangat menentukan keberhasilan Pendidikan adalah hubungan antara orang yang mecari dan memperoleh Pendidikan dengan mereka yang memberikan Pendidikan melalui Petunjuk dan Tauladan.
Perkembangan peran Uang dalam Masyarakat
Perkembangan Manusia kemudian sangat dipengaruhi oleh kemampuannya menghasilkan sesuatu guna menjamin kesintasannya. Ia mengadakan produksi, yaitu membuat barang menjadi lebih berfaedah bagi kehidupan. Dalam produksi itu tidak hanya terwujud hal-hal yang ia perlukan sendiri, tetapi terjadi kelebihan yang ia dan keluarganya tidak langsung perlukan. Manusia terdorong untuk melakukan penukaran hasil produksinya dengan hasil Manusia lain. Orang melihat bahwa tukar-menukar itu juga dapat dilakukan dengan menukar hasil buatannya dengan Alat Tukar, timbul kegiatan penjualan hasil produksinya kepada pihak lain ytukar atau dibayar dengan Alat Tukar. Alat Tukar yang disetujui adalah yang dinilai berharga dan dapat disimpan serta dibawa ke mana-mana dengan mudah. Terciptalah Uang yang mula-mula dibuat dari bahan berharga, yaitu emas, perak dan lainnya sesuai dengan tempat dan zaman. Uang makin berkembang pengaruhnya dalam kehidupan Manusia sesuai dengan perkembangan produksi serta kemampuan menjual.
Perkembangan peran Uang menimbulkan keadaan di mana dalam masyarakat ada orang yang banyak uangnya yang disebut orang kaya. Dengan kekayaan uang orang dapat membeli aneka keperluan yang meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Penjualan berkembang menjadi Perdagangan yang makin banyak meliputi bagian Umat Manusia. Uang mulai berpengaruh terhadap kehidupan Manusia.
Terjadinya Renaissance di Barat merupakan permulaan dari perkembangan cara berpikir Manusia yang kemudian melahirkan Ilmu Pengetahuan dan dengan Ilmu Pengetahuan berkembang pula Teknologi untuk menjadikan apa yang tercapai dalam Ilmu Pengetahuan satu kenyataan yang membantu kehidupan Manusia secara lebih baik dan lebih maju. Ilmu Pengetahuan juga mendorong Manusia untuk lebih berani menempuh kehidupan sehingga mendorong bangsa Barat, khususnya Eropa, untuk bersifat agresif dalam menambah kekayaannya. Bangsa-bangsa Eropa terdorong untuk menguasai planit Bumi agar menjadi lebih kaya dan hidup lebih sejahtera bagi dirinya dan kelompoknya. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sedang berkembang amat membantu usaha mereka. Dan inilah menjadi permulaan Imperialisme dan Kolonialisme.
Renaissance bersamaan dengan bertambahnya kekayaan orang Eropa itu mendorong perkembangan Individualisme , Liberalisme dan Materialisme yang kemudian berakibat adanya Kapitalisme, Imperialisme dan Kolonialisme. Mulai waktu itu peran Uang makin besar dan luas. Ketika Uang tidak hanya berupa uang chartal, tetapi dengan makin luasnya peran bank dan perbankan juga diakui peran dari uang giral atau catatan bank, maka tidak hanya ada peran Uang yang besar tetapi juga peran Dana atau Modal / Kapital.
Ketika Umat Manusia ada pada perkembangan itu masalah Kesintasan mengalami perubahan yang radikal. Hal ini mempengaruhi Pendidikan yang menjadi kegiatan yang jauh lebih luas dan kompleks. Ia tidak lagi cukup diwujudkan dengan hubungan erat antara Guru dan Murid atau Pendidik dan Pelajar. Pendidikan (Bermutu) juga harus disertai kemampuan untuk menghadirkan Alat Pendidikan yang relevant serta Guru yang benar-benar cakap dalam bidangnya. Dan tuntutan ini mau tidak mau tidak dapat lepas dari tersedianya Uang atau Dana yang memadai. Makin menjadi kenyataan bahwa lembaga pendidikan yang dapat diandalkan terdapat dalam masyarakat yang cukup kuat kemampuan uangnya. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuntut tumbuhnya satu Sistem Sekolah mulai Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah sampai Pendidikan Tinggi. Itu terutama terjadi di Eropa yang kehidupannya menjadi amat dinamis. Mulai berdiri Universitas-Universitas sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjadi sumber studi ilmiah, didukung lembaga pendidikan menengah dalam bentuk Gymnasium serta pendidikan dasar yang bermutu. Meskipun hal ini mula-mula terutama dilakukan oleh Gereja di Eropa, namun hal itu tidak mungkin terwujud kalau tidak ada dukungan masyarakat dan negara. Terutama setelah terjadi Reformasi di lingkungan Gereja di Eropa dan berkembang pikiran untuk mengurangi peran agama dalam kehidupan, maka peran Negara dan masyarakat dalam pendidikan amat berkembang.
Pendidikan Masa Kini.
Sebagai akibat dari perkembangan masyarakat dan kehidupan Manusia, maka peran Pendidikan makin penting. Sebagai akibat dari kuatnya peran Rasio atau Pikiran setelah Renaissance, maka perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sangat dinamis sepanjang zaman.
Melalui perkembangan ilmu pengetahuan Manusia makin banyak mengetahui tentang Alam Semesta, baik yang makro-kosmos maupun mikro-kosmos. Hal ini memungkinkan Manusia untuk membuat kehidupan dan penghidupannya makin baik dan bermutu, baik dalam aspek rohaniah maupun jasmaniah. Berdasarkan ilmu pengetahuan itu Manusia makin cerdas dan cakap membuat alat dan metoda bekerja yang membuat kehidupannya lebih sejahtera. Teknologi berkembang sejajar dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Hal ini kemudian merangsangnya untuk menjadi lebih maju dan lebih sejahtera dari pada sebelumnya. Ini semua membuat Umat Manusia makin dinamis, kreatif dan innovatif.
Hal itu kemudian menunjukkan bahwa Manusia yang cakap dan cerdas Pikirannya serta tajam Perasaannya makin mampu mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi . Akan tetapi Manusia demikian harus dibimbing untuk mencapai kondisi dan, kecuali orang-orang tertentu saja, tidak dapat mencapai kondisi itu secara alamiah atau atas kekuatan sendiri. Harus ada usaha dari luar Manusia untuk menumbuhkan kecerdasan dan kecakapan Daya Pikir serta ketajaman Rasa agar Manusia dapat melakukan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sesuai untuk pencapaian kehidupan yang lebih maju dan sejahtera. Itulah peran Pendidikan di Masa Kini yang amat penting.
Terbukti kemudian bahwa bangsa-bangsa yang memberikan perhatian besar serta melakukan usaha luas dalam Pendidikan yang menjadi maju dan sejahtera. Dalam kehidupan Umat Manusia yang tidak/belum bebas dari persaingan antar-bangsa ternyata bangsa-bangsa yang menjalankan Pendidikan luas dan bermutu bagi rakyatnya, lebih mampu melakukan persaingan itu dan juga lebih mampu untuk melakukan kerjasama antar-bangsa yang menguntungkannya. Maka Pendidikan menjadi kunci bagi Kesintasan dan Keselamatan bangsa. Pendidikan adalah Investasi terpenting yang dapat dilakukan satu bangsa dan warganya.
Maka untuk menjamin Kesintasan Bangsa harus disediakan berbagai keperluan untuk mempunyai Pendidikan Bermutu. Sebab Pendidikan yang tidak bermutu tidak mungkin membawa bangsa pada tujuan, yaitu Kesintasan dalam dinamika umat manusia sekarang ini. Untuk mencapai Pendidikan yang diperlukan itu peran Uang makin penting, sebab berbagai keperluan untuk Pendidikan Bermutu sukar diperoleh tanpa uang. Mencapai mutu memerlukan Uang banyak guna mengadakan fasilitas dan peralatan pendidikan yang tepat serta membentuk kumpulan tenaga pendidikan yang memadai kemampuannya. Apalagi Pendidikan itu harus sampai pada jumlah Manusia yang banyak, hal mana lebih lagi memerlukan Uang.
Orang yang tidak suka dan menolak peran Uang dalam Pendidikan sering mengatakan bahwa kehadiran Uang belum tentu menghasilkan Pendidikan yang baik. Pendapat itu benar karena kehadiran Uang belum dengan sendirinya menghadirkan Pendidik dan Alat Didik yang baik. Sekalipun hal itu benar, tetapi yang lebih sulit adalah membangun Pendidikan tanpa tersedianya Uang dan Dana yang memadai.
Kondisi Dunia dan Umat Manusia masakini benar-benar menunjukkan itu. Secara kongkrit hal itu dialami Indonesia dalam hubungannya dengan Malaysia. Pada era tahun 1950-an ketika Malaysia baru berdiri sebagai negara, Pendidikan di Malaysia sangat tergantung pada bantuan yang diberikan Indonesia dalam bentuk penempatan Tenaga Pendidik di berbagai lembaga pendidikan tinggi negara itu. Akan tetapi sikap para pemimpin Malaysia lebih tegas dan kongkrit menghadapi Pendidikan dari pada para pemimpin Indonesia. Sejak permulaan kemerdekaannya Malaysia menetapkan 20 persen dari Anggaran Belanja Negara untuk membiayai Pendidikan. Dengan begitu ia bangun Pendidikan Dasar dan Menengah yang tidak tergantung dari kekuatan keuangan orang tua, sebab dengan cara itu mula-mula Pendidikan Dasar dan kemudian juga Pendidikan Menengah sepenuhnya dibiayai Negara. Dengan jumlah Manusia yang makin banyak mengalami Pendidikan secara teratur dan bermutu maka Sumber Daya Manusia juga meningkat kualitasnya. Hal ini meningkatkan kemampuan ekonomi dan kehidupan di Malaysia pada umumnya, yang kemudian berakibat makin meningkat pula kekayaan Negara dan Masyarakat. Hal itu menjadikannya lebih mampu lagi menyelenggarakan Pendidikan yang diperlukan Negara dan Masyarakat masakini bagi makin banyak Manusia. Maka sekarang Pendidikan secara umum di Malaysia sudah tidak memerlukan bantuan Indonesia, malahan mungkin lebih tinggi dari kemampuan pendidikan di Indonesia.
Adalah satu kekurangan kita untuk tidak melihat pengaruh dan peran Pendidikan secara kongkrit dan realistis. Ada kecenderungan juga untuk terlampau idealistis melihatnya, seperti Pendidikan tidak memerlukan gedung dan peralatan yang macam-macam, sebab yang penting adalah peran dan mutu Guru . Andai kata benar bahwa yang penting adalah peran dan mutu Guru saja, rupanya tidak disadari bahwa untuk memperoleh Guru yang benar-benar menguasai tugasnya dalam jumlah yang sesuai untuk Indonesia dengan penduduknya 220 juta orang, diperlukan usaha luas yang memerlukan Uang dan Dana besar. Diperlukan berbagai keperluan, seperti adanya jumlah dan mutu Tenaga Pendidik Calon Guru yang memadai dibantu berbagai fasilitas dan alat Pendidikan seperti Perpustakaan dan Laboratorium, yang kesemuanya memerlukan dukungan Uang dan Dana yang tidak sedikit. Itulah gambaran kongkrit yang dihadapi setiap negara di dunia yang ingin mengikuti persaingan dan kehidupan bersama yang berkembang dalam Umat Manusia.
Maka untuk menjadi bangsa yang kuat Indonesia memerlukan satu Sistem Sekolah yang berjalan efektif dan bermutu. Mulai dari Pendidikan Dasar ke Pendidikan Menengah ke Pendidikan Tinggi. Dan itu harus meliputi seluruh wilayah nasional yang begitu luas dengan jumlah penduduk begitu besar. Lagi pula jenis pendidikan di Masa Kini makin banyak, terutama di tingkat Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi. Sebab itu untuk membiaya Pendidikan Sekolah diperlukan Uang dan Dana yang tidak sedikit.
Pembiayaan Pendidikan
Timbul pertanyaan penting : Siapa yang harus membiayai Pendidikan satu bangsa ?
Karena pentingnya peran Pendidikan bagi kemampuan satu bangsa untuk memelihara Kesintasan dan kemampuan Kerjasama serta Persaingan, maka ada negara yang mengambil tanggungjawab sepenuhnya dalam pembiayaan itu. Itu antara lain dilakukan Jerman sejak Abad ke-19 karena para pemimpinnya melihat Pendidikan juga sebagai usaha mencegah keretakan bangsanya yang dapat timbul karena kuatnya perbedaan agama Protestan dan Katolik di masyarakat Jerman. Ada pula negara yang mengambil tanggungjawab pembiayaan penuh Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan untuk Pendidikan Tinggi dilakukan bersama non-pemerintah, seperti dilakukan Malaysia.
Kita harus menemukan cara yang tepat bagi pembiayaan pendidikan di Indonesia agar Pendidikan dapat berjalan sesuai dengan Tujuannya. Adalah jelas bahwa sesuai dengan petunjuk UUD 1945 Negara mempunyai tanggungjawab besar dalam melaksanakan Pendidikan.
Ini berarti bahwa Negara harus selalu mengusahakan revenue atau pemasukan Negara yang besar agar dapat menjalankan peran Pendidikannya dengan semestinya. Sekalipun ditetapkan dalam UUD bahwa Negara mempunyai tanggungjawab besar dalam Pendidikan, tetapi kalau keuangan Negara kurang kuat maka akan sukar sekali membangun Pendidikan yang diperlukan. Sekarang telah ditetapkan bahwa 20% APBN disediakan untuk Pendidikan. Namun selama keuangan Negara lemah jumlah APBN juga tidak banyak, sehingga 20% APBN bukan jumlah uang yang banyak. Kalau dengan Dana yang relatif sedikit itu harus dibiayai seluruh kegiatan Pendidikan, khususnya Sistem Sekolah dari mulai Pendidikian Dasar sampai Pendidikan Tinggi, tidak mungkin ada dana yang memadai bagi pelaksanaan Pendidikan Bermutu. Akibatnya Indonesia menjadi lemah di semua tingkatan karena Pendidikan harus bermutu. Sebab itu selama Indonesia belum mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi sukar diharapkan ada pemasukan negara yang tinggi sehingga anggaran pendidikan juga relatif rendah. Jelas tetap berlaku bahwa hanya dengan Rakyat Sejahytera Negara Kuat.
Memperhatikan kondisi kesejahteraan bangsa maka nampaknya Negara harus melakukan prioritas pembiayaan dengan lebih dahulu mengambil tanggungjawab penuh atas pembiayaan Pendidikan Dasar yang terdiri atas Pendidikan Taman Kanak-Kanak 2 tahun, Sekolah Dasar 6 tahun dan Sekolah Lanjutan Pertama 3 tahun, seluruhnya 11 tahun. Pembiayaan penuh berarti bahwa benar-benar seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk menjalankan tiga tingkat pendidikan itu ditanggung oleh Negara, dan orang tua murid tidak keluar biaya apa pun. Tidak hanya penting melihat ini secara kuantitatif, melainkan harus juga diperhatikan agar pendidikan di tingkat itu dilakukan dengan kualitas yang tinggi di seluruh Indonesia. Itu berarti diperlukan penyelenggaraan Pendidikan Guru yang baik untuk memperoleh Korps Guru yang bermutu, meliputi para Guru Taman Kanak-Kanak, Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran yang benar-benar kompeten untuk SD dan SLP. Demikian pula disediakan fasilitas pendidikan yang baik, sesuai keperluan. Untuk daerah Papua dan Kalimantan mungkin sekali diperlukan asrama untuk murid-murid yang tinggalnya cukup jauh dari tempat sekolah, khususnya untuk SLP. Selain itu semua SD dan SLP harus mempunyai fasilitas olahraga yang diperlukan, seperti lapangan, lokal olahraga atau gymnasium, dan bahkan kolam renang.
Kalau ada Pendidikan Dasar yang dilakukan masyarakat dengan membentuk Sekolah Swasta, maka dengan sendirinya tanggungjawab utama ada pada para Pendirinya. Namun demikian, karena Negara bertanggungjawab penuh atas Pendidikan Dasar, segala aspek Pendidikan Dasar yang dilakukan di Sekolah Swasta itu juga harus dibiayai Negara. Agar pembiayaan itu benar-benar memberikan manfaat yang diinginkan Negara, maka harus diadakan kontrol saksama bahwa pelaksanaan pendidikan oleh Sekolah Swasta itu mempunyai mutu yang sekurangnya sama dengan mutu Pendidikan Dasar yang dilakukan Sekolah Pemerintah. Yang tidak menjalankan itu dengan sendirinya tidak berhak untuk memperoleh pembiayaan Negara.
Kalau Negara dapat melakukan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya, maka sudah tercapai kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Kemudian dengan meningkatnya kekayaan Negara pada tahap berikut harus pula diambil tanggungjawab penuh untuk Pendidikan Menengah terdiri dari SMA dan SMK.
Akan tetapi sebelum Negara cukup kuat keuangannya untuk mengambil tanggungjawab penuh, maka pembiayaan Pendidikan Menengah dilakukan bersama antara Negara dan Masyarakat. Sebaiknya peran Masyarakat adalah dengan menyelenggarakan SMA dan SMK sendiri, di samping ada SMA dan SMK Pemerintah. Sekalipun ada sekolah milik Negara dan milik Swasta, namun semua harus dijalankan dengan mutu yang selalu dikontrol oleh Badan Akreditasi.
SMA dan SMK penting sekali mutunya bagi Negara. Mutu SMA penting karena lulusannya pada dasarnya akan melanjutkan langsung ke Pendidikan Tinggi yang memerlukan calon mahasiswa yang benar siap mengikuti Pendidikan Tinggi. Sedangkan mutu SMK penting, dan malahan mungkin lebih penting, karena lulusannya akan langsung bekerja untuk menjadi Kader Menengah di dunia usaha. Sumber Daya Manusia (SDM) dunia usaha Indonesia banyak sekali ditentukan kualitas kerjanya oleh lulusan SMK ini.
SMA dan SMK yang diselenggarakan pihak swasta pada dasarnya dibiayai lembaga pendidikan swasta yang umumnya berbentuk yayasan. Hanya yayasan yang cukup kuat keuangannya yang mampu membentuk SMA dan SMK. Tanpa keuangan memadai sukar untuk menjadikan pendidikannya bermutu dan karena itu malahan menghasilkan lulusan yang tidak sesuai, bahkan mungkin bertentangan, dengan Tujuan Pendidikan. Dapat dipikirkan bagaimana Negara atau pemerintah dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada yayasan pendidikan swasta itu, tetapi karena pemerintah masih terbatas keuangannya dan titikberatnya adalah pada Pendidikian Dasar, sedangkan pemerintah juga masih harus membiayai SMA dan SMK nya sendiri, maka dalam kenyataan tidak banyak yang dapat diharapkan yayasan pendidikan swasta dari bantuan pembiayaan pemerintah. Untuk menjaga terpeliharanya mutu SMA dan SMK juga perlu selalu diawasi Badan Akreditasi Nasional.
SMA dan SMK yang diselenggarakan Negara penting sekali, sebagaimana diuraikan sebelumnya. Sebab itu pemerintah harus melakukan pembiayaan sebaik mungkin sehingga kurang membebani masyarakat, khususnya para orang tua yang kurang mampu. Akan tetapi karena pembiayaan bagi SMA dan terutama SMK tidak sedikit, untuk sementara perlu masih ada peran masyarakat. Meskipun ada peran masyarakat namun sebaiknya dibatasi pada pembayaran Uang Sekolah, Uang Ujian dan pembiayaan lain yang ditetapkan bersama dalam Dewan Sekolah.
Ada murid yang setelah lulus Pendidikan Menengah mau langsung melanjutkan ke Pendidikan Tinggi. Akan tetapi ada juga yang lebih berminat unuk cepat bekerja dan memperoleh penghasilan, sedangkan baru di kemudian hari masuk Pendidikan Tinggi. Untuk grup pertama adalah SMA, sedangkan untuk grup kedua SMK.
Mutu SMA dan SMK, dan khususnya SMK, di seluruh Indonesia menentukan sekali mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia. Peningkatan mutu itu sangat berpengaruh pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. Dengan hasil pendidikan SMK yang baik warga negara laki-laki maupun perempuan dapat segera memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang memadai, karena setiap usaha sangat tergantung pada kehadiran Kader Menengah yang ditelorkan sekolah itu. Hal ini akan meningkatkan Daya Beli masyarakat. Dengan begitu tidak perlu semua orang langsung menempuh Pendidikan Tinggi yang tidak murah itu. Kalau toh berminat untuk memperoleh Pendidikan Tinggi, hal itu dilakukan setelah ada pengalaman bekerja dan ada kemampuan memperoleh penghasilan. Sedangkan yang dari SMA yang langsung menempuh Pendidikan TInggi adalah benar-benar orang-orang yang sesuai kondisinya untuk dapat menyelesaikan pendidikan itu dengan cepat serta kemudian menjalankan peran akademis atau penelitian yang penting.
Orang yang hendak menggunakan penyelenggaraan Pendidikan Menengah untuk keperluan money making atau komersial rupanya dalam kenyataan sukar dilarang. Akan tetapi ia harus betul-betul yakin bahwa ia sanggup menyelenggarakannya dengan mutu berdasarkan Dana yang ia himpun dengan yayasannya. Ia tidak dapat dan tidak berhak menuntut bantuan pemerintah dalam penyelenggaraan itu kalau mutunya tidak memadai. Sedangkan bantuan itupun, kalau diberikan, tidak akan cukup untuk membiayai seluruh kegiatan operasional sekolahnya. Ia tidak bisa menggunakan alasan bahwa ia melakukan jasa kepada masyarakat dengan membuka pendidikan menengah itu kalau ia tidak sanggup menjamin mtunya. Malahan ia melakukan satu disservice kepada masyarakat, karena menghasilkan pendidikan yang kurang berguna dengan memungut biaya dari masyarakat. Sebab itu Badan Akreditasi Nasional harus bersikap lugas dalam menjalankan tugasnya mengontrol bahwa pendidikan dijalankian dengan bermutu. Sekarang ada cukup banyak Pendidikan Menengah Swasta yang bermutu di Indonesia, tetapi juga masih banyak yang kurang bermutu. Hal ini harus dicegah demi kepentingan masa depan Bangsa.
Untuk pembiayaan Pendidikan Tinggi masalahnya lebih musjkil lagi bagi negara seperti Indonesia yang belum tinggi kesejahteraannya dan lemah keuangannya. Persoalannya semacam di Pendidikan Menengah, tetapi lebih rumit lagi. Sudah jelas bahwa Negara sesudah memberikan titikberat perhatian dan pembiayaan kepada Pendidikan Dasar, maka prioritas berikut adalah Pendidikan Menengah. Tidak ada gunanya memberikan prioritas tinggi kepada Pendidikan Tinggi kalau Pendidikan Menengah kurang bermutu. Lulusan SMA yang kurang memadai penguasaan dasar ilmiahnya amat sulit menjadi mahasiswa yang normal saja di Pendidikan TInggi. Maka kalau Pendidikan Tinggi lebih rendah prioritasnya dalam pembiayaan Negara, padahal juga harus menghasilkan mutu yang diperlukan, maka itu berarti bahwa jumlah pembiayaan Negara harus tertuju kepada Perguruan Tinggi yang jumlahnya terbatas. Atau kepada Perguruan Tinggi diberikan otonomi luas untuk menambah kemampuan pembiayaan, di samping yang diperolehnya dari Negara.
Dalam hal demikian sebenarnya tidak sesuai dengan Tujuan Pendidikan kalau ada kehendak kalangan tertentu agar Negara dalam kondisinya sekarang memberikan bantuan yang memadai untuk semua Perguruan Tinggi, baik milik Negara maupun Swasta, dengan jumlah milik Swasta jauh lebih banyak.
Dari uraian para pimpinan Universitas tentang biaya yang diperlukan untuk operasi Universitasnya dengan baik, nampak sekali bahwa Negara hanya mampu memberikan bagian yang relatif sangat terbatas. Sekarang biaya mahasiswa di Indonesia yang disediakan pemerintah hanya kecil dibandingkan dari keperluan minimal untuk menjalankan Universitas itu bermutu. Apalagi kalau dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan Universitas di Malaysia, Thailand dan terutama Singapore. Kalau demikian halnya sukar sekali bagi Perguruan Tinggi di Indonesia untuk mencapai tingkat dunia. Itu berarti bahwa lulusannya pada umumnya sukar bersaing dalam kemampuan dengan lulusan Perguruan Tinggi Singapore.
Sebab itu kita harus menerima kenyataan bahwa biaya untuk Pendidikan Tinggi adalah besar, terutama di Universitas. Meskipun pimpinan Universitas berhasil melakukan usaha untuk memperoleh tambahan pembiayaan, seperti dalam pelaksanaan riset dan lainnya , namun dengan terbatasnya bantuan Negara biaya yang harus dikeluarkan orang tua mahasiswa tinggi.
Memang adalah tidak dapat dibenarkan bahwa Pendidikan Universitas hanya tertuju untuk anak orang kaya, padahal ada anak-anak cerdas tetapi kurang mampu. Untuk mengatasi itu kuncinya terletak dalam Sistem Beasiswa yang harus dirancang Perguruan Tinggi sehingga Universitas tetap dapat menerima dan mendidik anak-anak cerdas yang orangtuanya miskin. Di Amerika Serikat yang kebanyakan Universitasnya adalah swasta dan biayanya tidak murah, adalah beasiswa yang memungkinkan memberikan pendidikan kepada anak-anak cerdas tapi miskin orang tuanya. Dengan begitu anak-anak itu terus berkembang kemampuannya sehingga sangat bermanfaat bagi Negara dan bangsanya.
Kalau di Indonesia persoalan pembiayaan sudah amat berat bagi Universitas Negeri, apalagi bagi Universitas Swasta yang sangat tergantung dari kekayaan dan kemampuan yayasan pendukungnya.
Maka kalau masyarakat menginginkan agar pembiayaan pendidikan sampai Pendidikan Tinggi tidak menjadi beban orang tua, maka kuncinya hanya satu, yaitu Negara harus menjadi sejahtera sehingga sanggup membiayai sepenuhnya segala keperluan pendidikan mulai Taman Kanak-Kanak hingga Pendidikan Tinggi.
Sebelum itu tercapai mau tidak mau hanya anak-anak yang cerdas dan memperoleh dukungan, baik dari beasiswa yang ia peroleh atau dari orang tua, yang dapat menempuh pendidikan hingga Pendidikan Tinggi secara teratur. Dan ini tidak boleh dikorbankan dengan menurunkan mutu Pendidikan keseluruhannya serta luasnya Pendidikan Dasar yang harus mencapai semua anak negeri.
Selain itu harus ada sikap yang realis bahwa menjadi warga negara yang produktif tidak hanya tergantung pada Pendidikan Universitas. Orang yang sifatnya kreatif dan innovatif dapat menjadi orang yang produktif bagi masyarakat dengan mengikuti Pendidikan Dasar yang baik ditambah kursus-kursus yang bermutu. Maka yang amat penting bagi Indonesia sekarang adalah menyelenggarakan Pendidikan Dasar bermutu dan luas serta dibiayai sepenuhnya oleh Negara.
Pendidikan Keluarga
Namun segala perkembangan Pendidikan di Masa Kini tidak dapat dan tidak boleh mengabaikan Pendidikan Keluarga yang di Alam Purba sudah menjadi inti pendidikan.
Sebab Manusia Modern pun untuk menjadi orang yang tangguh dan kompeten dalam apa saja tidak cukup dengan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia juga memerlukan sifat-sifat Non-Fisik dan Non-Material seperti kekuatan Mental dan Spiritual. Dalam kenyataan malahan terbukti bahwa faktor Non-Material ini sangat menentukan dalam kehidupan dan pencapaian Manusia.
Meskipun dalam Sistem Sekolah faktor Non-Material itu diusahakan untuk dikembangkan pada Subyek Didik, namun dalam kenyataan yang menjadi inti unuk pengembangan faktor itu adalah Pendidikan yang diperoleh di Lingkungan Keluarga. Sebab sejak anak dikandung, kemudian dilahirkan dan menjadi dewasa ia ada dalam lingkungan Keluarga. Juga setelah ia sekolah tetap waktunya lebih banyak berada di lingkungan Keluarga. Selain itu ternyata faktor perhatian dan Kasih Sayang orang tua dan keluarga pada umumnya terhadap anak sangat berpengaruh untuk pertumbuhannya. Sebab itu dalam Masyarakat Modern pun Pendidikan Keluarga sangat menentukan pengaruhnya.
Itu berarti bahwa harus ada perhatian yang cukup terhadap perkembangan Keluarga dalam Masyarakat. Sikap dan pandangan hidup Masyarakat sangat berpengaruh terhadap perkembangan Keluarga di satu Negara. Dalam masyarakat yang mengalami banyak perceraian orang tua sukar diharapkan ada Pendidikan Keluarga yang memuaskan. Juga kondisi kesejahteraan Keluarga sangat besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Meskipun tidak ada jaminan sama sekali bahwa dalam Keluarga Orang Kaya dilakukan Pendidikan Keluarga yang memadai, namun sukar disangkal bahwa Keluarga yang miskin mengalami lebih banyak kesukaran untuk memberikan Pendidikan Keluarga yang memuaskan.
Sebab itu kembali menonjol bahwa hanya dalam masyarakat yang Rakyatnya Sejahtera kehidupan Keluarga lebih terjamin. Masyarakat yang diliputi Kemiskinan yang luas menimbulkan kondisi psikologis yang kurang kondusif bagi kehidupan Keluarga yang mantap dan penuh optimisme.
Jadi adalah kewajiban Negara untuk menjadikan Rakyatnya Sejahtera. Ini adalah satu hal yang sejak permulaan disadari para Pendiri Republik Indonesia. Karena itu Demokrasi yang dikehendaki Pancasila tidak cukup hanya Demokrasi Politik, melainkian Demokrasi Ekonomi dan Sosial yang menjadikan Kesejahteraan inti kehidupan bangsa.
Maka pikiran, perhatian dan konsep Pendidikan Nasional harus dikembangkan dengan tidak pernah lepas dari kewajiban Negara dan Rakyatnya untuk terus memperjuangkan kesejahteraan seluruh Rakyat yang lebih tinggi, baik secara lahir maupun batin.
Inilah Seruan Pejuang Kemerdekaan Indonesia kepada para Pemimpin yang sedang maupun akan memimpin Bangsa Indonesia.

http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=1321
Pada tanggal 11 Mei 2009, pukul 07.53

0 komentar: